MAKALAH
KOMODITI IKAN TONGKOL DI PERAIRAN INDONESIA
KELOMPOK 3
|
Abdul
Hamid
|
|
Abdul
Wahid
|
|
Ardila
|
|
Lilis
Suryani
|
|
Mery
Handani
|
|
M.
Indra Nursalim
|
|
Putri
|
Fakultas Ilmu Perikanan dan Ilmu
kelautan
Universitas Mulawarman
Samarinda
2016
Rasa
syukur kami kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kemurahanNya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Komoditi Perikanan yang berjudul Komotidi Ikan
Tongkol Di Perairan Indonesia. Dan kami ucapkan terimakasih banyak kepada dosen
pengajar juga teman-teman yang telah memberikan semangat sehingga makalah ini dapat selesai.
Makalah ini berisi penjelasan yang berkaitan dengan
Komoditi Ikan Tongkol dan Klasifikasi, Morfologi, Daerah Penangkapan, Alat
tangkap, pengolahan hingga pemasaran ikan tongkol.
Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca yang
bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.
Samarinda, 22
Februari 2016
Kelompok
3
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR
ISI............................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan...................................................................................................... 2
1.3 Manfaat................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi
dan Morfologi Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)........... 3
2.2 Daerah
Penangkapan Ikan (Fishing Ground).................................... 5
2.3 Musim Penangkapan Ikan Tongkol..................................................... 9
2.4 Alat Tangkap.......................................................................................... 9
2.5 Pengolahan
Ikan Tongkol..................................................................... 13
2.6 Pemasaran Ikan Tongkol...................................................................... 15
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan1........................................................................................... 18
3.2
Saran ....................................................................................................... 18
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................................. 19
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perairan
Bengkulu merupakan bagian dari perairan pantai barat sumatatra yang berhadapan
langsung dengan samudera hindia yang banyak dipengaruhi angina barat yang basah
sehingga mendapatkan curah jujan yang cukup tinggi dengan garis pantai 525
kilometer dengan luas lebih kurang 11.116,2 km. Bagian timurnya berbukit –
bukit dengan dataran tinggi yang subur, sedangkan bagian barat merupakan
daratan rendah yang relative sempit.
Dasar
laut umumnya curam dengan dasar yang tidak rata dan berbatu- batu dan juga
berkarang terutama 500 meter dari garis pantai dan dasar laut terdiri dari
pasir berlumpur (DKP Bengkulu, 2008). Perairan laut Bengkulu cukup kaya dengan
sumberdaya ikan dan berprospek untuk kegiatan perikanan tangkap.
Ikan
tongkol (Euthynnus Affinis) merupakan salah satu komoditi utama ekspor di
bidang perikanan di Indonesia. Akan tetapi akibat pengolahan yang kurang baik
di beberapa perairan Indonesia termasuk parairan Bengkulu, terutama disebabkan
minimnya informasi waktu musim tangkap, daerah penangkapan ikan, disamping
kendala teknologi tangkapnya itu sendiri, pemanfaat sumberdaya ikan menjadikan
sangat rendah.
Peningkatan produksi ikan tongkol
(Euthynnus Affinis) di perairan Bengkulu masih dapat ditingkatkan, apabila
operasi penangkapannya dapat dilakukan secara yang efektif dan efesian. Salah
satu caranya ialah dengan mengetahui musim tangkap ikan tongkol (Euthynnus
Affinis) sehingga dapat dilakukan persiapan yang lebih baik untuk melakukan operasi
penangkapan yang lebih terarah ikan.
Pemanfaatan
sumberdaya ikan pelagis mempunyai pengaruh terhadap perekonomian masyarakat
perikanan. Diperlukan metode penangkapan maupun metode penentuan fishing ground
dalam melakukan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis secara optimal. Ikan
tongkol (Euthynnus sp.) sebagai salah satu ikan pelagis kecil memiliki pola
gerakan dan sebaran yang dapat diprediksikan dari berbagai indikator penduga,
salah satunya adalah klorofil.
1.2
Tujuan
1.
Untuk mengetahui klarifikasi ikan
tongkol (Euthynnus Affinis) dan pengertiannya.
2.
Untuk mengetahui fishing ground ikan
tongkol (Euthynnus Affinis).
3.
Untuk mengtahui alat tangkap dalam
penangkapan ikan tongkol (Euthynnus Affinis).
4.
Untuk mengetahui pengelolahan dan
pemasaran ikan tongkol (Euthynnus Affinis).
1.3
Manfaat
Dapat mengetahui komoditi perikanan yang
khususnya ikan tongkol (Euthynnus Affinis) yaitu dari klarifikasi dan jenis –
jenis ikan tongkol, dan tempat mengetahui fishing ground dan alat tangkap yang
digunakan untuk penangkapan ikan tongkol serta dapat mengetahui pengolahan dan pemasaran ikan tongkol .
BAB
II
2.1
Klasifikasi
dan Morfologi Ikan Tongkol ( Euthynnus affinis )
Ikan tongkol merupakan salah satu
ikan yang termasuk kedalam ikan tuna kecil, yang memiliki badan memanjang, tidak
memiliki sisik dan juga mempunyai sirip punggung yang sangat keras. Ikan tongkol
ini termasuk kedalam family scombridae dengan genus euthynnus yang memiliki
ukuran yang lumayan besar, dengan panjang sekitar 50-60 cm dan juga berwarna
abu-abu serta memiliki daging debal berwarna merah tua. Ikan Tongkol adalah
jenis ikan laut ini ini tergolong ikan pelagis yang artinya hidup di lapisan
atas dari suatu perairan dan ikan jenis pelagis merupakan perenang cepat.
A.
Klasifikasi
ikan tongkol (Euthynnus affinis)
Menurut saenan, 1984 klasifikasi
ikan tongkol ini adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Famili : Scombridae
Genus : Euthynnus
Spesies : Euthynnus affinis
B.
Morfologi tongkol (Euthynnus
affinis)
Ikan
tongkol masih tergolong pada ikan scombridae, bentuk seperti ikan betuto,
dengan kulit yang licin, Sirip dada melengkung, ujungnya lurus dan pangkalnya
sangat kecil. Ikan tongkol merupakan perenang yang tercepat diantara ikan –
ikan laut yang berangka tulang. Sirip- sirip punggung, dubur, perut, dan dada pada
pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh, sehingga sirip-sirip ini dapat dilipat
masuk kedalam lekukan tersebut, sehingga dapat memperkecil daya gesek dari air
pada waktu ikan tersebut berenang cepat. Dan di belakang sirip punggung dan
sirip dubur terdapat sirip-sirip tambahan yang kecil-kecil yang di sebut finlet.
Ikan tongkol dapat mencapai ukuran panjang 60-65 cm
dengan berat 1.720 gr pada umur 5 tahun. Panjang pertama kali matang gonad
ialah 29 30 cm. Ikan tongkol temasuk ikan pelagis yang hidup pada kedalaman
hingga 50 m di daerah tropis dengan kisaran suhu 27-28ºC. Ikan tongkol
merupakan jenis ikan migratory yang tersebar disekitar perairan samudera
atlantik, hindia dan pasifik.
Ikan
tongkol memiliki 10-12 jari-jari sirip punggung, 10-13 jari-jari halus sirip
punggung, 10-14 jari-jari halus sirip dubur, dengan warna punggung
kebiru-biruan, ungu tua bahkan berwarna hitam pada bagian kepala. Sebuah pola
15 garis-garis halus, miring hampir horisontal, garis bergelombang gelap di
daerah scaleless diatas gurat sisi (linea lateralis). Bagian bawah agak putih
(cerah). Dada dan sirip perut ungu, sisi bagian dalam mereka hitam. Badan kuat,
memanjang dan bulat. Gigi kecil dan berbentuk kerucut, dalam rangkaian tunggal.
Sirip dada pendek, tapi mencapai garis vertikal melewati batas anterior dari
daerah scaleless atas corselet. Sebuah flap tunggal besar (proses interpelvic)
antara sirip perut. Tubuh telanjang kecuali untuk corselet, yang dikembangkan
dengan baik dan sempit di bagian posterior (tidak lebih dari 5 skala yang luas
di bawah asal-sirip punggung kedua). Sebuah keel pusat yang kuat pada setiap
sisi dasar sirip ekor-kecil antara 2 keel.
2.2 Daerah Penangkapan Ikan ( Fishing
Ground )
Daerah Penangkapan Ikan adalah daerah atau area dimana
populasi organisme dapat dimanfaatkan sebagai penghasil perikanan, yang bahkan
apabila memungkinkan diburu oleh fishing master yang bekerja di kapal-kapal
penangkap ikan dengan menggunakan peralatan penangkapan ikan yang dimilikinya. Fishing ground
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, antara lain : temperatur air, salinitas,
pH, kecerahan, gerakan air, kedalaman perairan, topografi dasar perairan,
bentuk bangunan dasar perairan (bottom properties), kandungan Oksigen terlarut
dan makanan.
Kondisi-kondisi
yang perlu dijadikan acuan dalam menentukan daerah penangkapan ikan adalah
sebagai berikut:
1. Daerah tersebut harus memiliki kondisi dimana ikan
dengan mudahnya datang bersama-sama dalam kelompoknya, dan tempat yang baik untuk dijadikan
habitat ikan tersebut. Kepadatan dari distribusi ikan tersebut berubah menurut
musim, khususnya pada ikan pelagis. Daerah yang sesuai untuk habitat ikan, oleh
karena itu, secara alamiah diketahui sebagai daerah penangkapan ikan. Kondisi
yang diperlukan sebagai daerah penangkapan ikan harus dimungkinkan dengan
lingkungan yang sesuai untuk kehidupan dan habitat ikan, dan juga melimpahnya
makanan untuk ikan. Tetapi ikan dapat dengan bebas memilih tempat tinggal
dengan kehendak mereka sendiri menurut keadaan dari waktu ke waktu dan dari
tempat ke tempat. Oleh karena itu, jika mereka tinggal untuk waktu yang agak lebih
panjang pada suatu tempat tertentu, maka tempat tersebut menjadi daerah
penangkapan ikan.
2. Daerah tersebut harus merupakan tempat dimana mudah menggunakan peralatan penangkapan ikan bagi nelayan.Umumnya perairan pantai yang bisa menjadi daerah penagkapan ikan memiliki kaitan dengan kelimpahan makanan untuk ikan. Tetapi terkadang pada perairan tersebut sulit untuk dilakukan pengoperasian alat tangkap, khususnya peralatan jaring karena keberadaan kerumunan bebatuan dan karang koral walaupun itu sangat berpotensi menjadi pelabuhan. Terkadang tempat tersebut memiliki arus yang menghanyutkan dan perbedaan pasang surut yang besar. Pada tempat tersebut para nelayan sedemikian perlu memperhatikan untuk menghiraukan mengoperasikan alat tangkap. Terkadang mereka menggunakan trap nets, gill nets dan peralatan memancing ikan sebagai ganti peralatan jaring seperti jaring trawl dan purse seine. Sebaliknya, daerah penangkapan lepas pantai tidak mempunyai kondisi seperti itu, tapi keadaan menyedihkan datang dari cuaca yang buruk dan ombak yang tinggi. Para nelayan juga harus mengatasi kondisi buruk ini dengan efektif menggunakan peralatan menangkap ikan.
2. Daerah tersebut harus merupakan tempat dimana mudah menggunakan peralatan penangkapan ikan bagi nelayan.Umumnya perairan pantai yang bisa menjadi daerah penagkapan ikan memiliki kaitan dengan kelimpahan makanan untuk ikan. Tetapi terkadang pada perairan tersebut sulit untuk dilakukan pengoperasian alat tangkap, khususnya peralatan jaring karena keberadaan kerumunan bebatuan dan karang koral walaupun itu sangat berpotensi menjadi pelabuhan. Terkadang tempat tersebut memiliki arus yang menghanyutkan dan perbedaan pasang surut yang besar. Pada tempat tersebut para nelayan sedemikian perlu memperhatikan untuk menghiraukan mengoperasikan alat tangkap. Terkadang mereka menggunakan trap nets, gill nets dan peralatan memancing ikan sebagai ganti peralatan jaring seperti jaring trawl dan purse seine. Sebaliknya, daerah penangkapan lepas pantai tidak mempunyai kondisi seperti itu, tapi keadaan menyedihkan datang dari cuaca yang buruk dan ombak yang tinggi. Para nelayan juga harus mengatasi kondisi buruk ini dengan efektif menggunakan peralatan menangkap ikan.
3. Daerah tersebut harus bertempat di lokasi yang
bernilai ekonomis. Jika
daerah penangkapan tersebut terlalu jauh dari pelabuhan, memerlukan bahan bakar
yang banyak. Jika usaha perikanan tersebut benar-benar memiliki harapan yang
besar, usaha yang dijalankan mungkin boleh pergi ke tempat yang lebih
jauh. Nelayan yang dalam kasus demikian dapat memperoleh keuntungan dengan
manajemen usaha perikanan. Jika kita dapat membuat alat untuk meningkatkan
efisiensi usaha perikanan seperti menggunakan mesin perikanan yang lebih
efisien, kemudian kita dapat juga memperbesar kapasitas kita untuk menangkap
ikan ke tempat yang lebih jauh. Daerah penangkapan ikan juga dikontrol oleh
permintaan pasar untuk ikan.
Permintaan untuk produk ikan dipengaruhi oleh kapasitas
ketersediaan dari tempat tersebut, sebagai contoh, adalah baru saja
dikembangkan sebagai daerah penangkapan ikan. Jadi, daerah penangkapan ikan
selalu memiliki nilai yang relatif, berhubungan dengan keseimbangan ekonomi,
daerah penangkapan ikan lainnya, efisiensi usaha perikanan dan permintaan ikan
di dalam pasar. Begitulah, harus selalu berusaha menemukan daerah penangkapan
ikan yang ekonomis dan efektif dari metode penangkapan ikan yang dimodernisasi.
4.
Jenis-jenis
dari Daerah Penangkapan Ikan
Klasifikasi
daerah penangkapan ikan sering dibuat berdasarkan materi sebagai jenis ikan
yang ditangkap, jenis dari alat tangkap yang digunakan, daerah perairan di mana
usaha perikanan dioperasikan dan area lautan di mana usaha perikanan
beroperasi:
· Spesies
dari ikan: tuna dan skipjack fishing ground, salmon fishing ground, dan
sebagainya.
· Jenis alat tangkap ikan: trawl
fishing ground, long line fishing ground, fixed-net fishing ground, pole and
line fishing ground, surrounding-net (jaring lingkar) fishing ground, dan
sebagainya.
· Kawasan perairan: daerah penangkapan
dalam laut atau permukaan, daerah penangkapan yang dekat dengan pantai, daerah
penangkapan pantai dan daerah penangkapan pada perairan darat.
· Kawasan
laut: daerah penangkapan di Pasifik Utara, daerah penangkapan di Laut China
Selatan, daerah penangkapan di China Bagian Tenggara, dan lain sebagainya.
Tetapi
daerah daerah penangkapan ikan secara umum diklasifikasikan ke dalam dua jenis
utama berikut: daerah penangkapan ikan di perairan pantai dan di laut lepas,
atau daerah penangkapan ikan pelagis (atau bergerak cepat) dan ikan perairan
dasar secara berturut-turut.
Pada
keadaan normal, pesisir pantai memiliki banyak daerah penangkapan ikan yang
bagus. Produksi perikanan dari daerah ini dengan baik meningkat dari tahun ke
tahun. Daerah penangkapan ikan di perairan pantai termasuk meliputi usaha
rumput laut, ikan dan kerang-kerangan dan untuk jenis yang khusus bergerak
seperti ikan haring, ikan salmon, ikan ekor kuning, ikan tuna dan ikan laut air
tawar yang mendekati daerah pantai untuk mencari makanan atau untuk
memijah.
Daerah
penangkapan ikan di perairan pantai ini mungkin dibagi lagi ke dalam trap-net
(jaring perangkap) fishing ground, small trawling (pukat tarik yang kecil)
fishing ground, driving in net fishing ground, beach seine (pukat pantai)
fishing ground, hand purse seine (purse seine tangan) fishing ground,
surrounding net (jaring lingkar) fishing ground, pole and line fishing ground,
dan lain sebagainya.
6. Daerah
penangkapan ikan pelagis
Salah satu
contoh ikan pelagis di Lautan Pasifik adalah ikan skipjack. Daerah penangkapan
untuk ikan skipjack utamanya berlokasi pada lapisan subtropis yang konvergen
yang dibentuk oleh pertemuan aliran arus hangat dan arus dingin. Spesies ikan
lainnya yang bermigrasi, di kedua jenis arus hangat dan dingin, seperti ikan
tuna dan ikan salmon, secara musiman naik menuju utara atau turun ke selatan
untuk mencari makanan di dalam pusaran air atau arus rip yang dibentuk oleh
pertemuan dua aliran arus.
Lebih
lanjut, bentuk topografi yang rumit pada pantai dan perairan sampai kedalaman
200 meter di mana arus dasar laut naik keatas dan bercampur dengan massa air
hangat pada bagian atas, menghasilkan plankton dalam jumlah yang sangat besar
yang dimana mengundang ikan untuk bermigrasi dan menetap di sana. Area migrasi
ikan skipjack, tuna dan salmon di Pasifik adalah sangat luas dan hampir tak
terhingga dari bagian atas garis katulistiwa hingga ke perairan daerah utara.
Tapi hal
itu harus diperhatikan bahwa daerah penangkapan ikan yang sesuai untuk spesies
ikan pelagis adalah hampir terbatas pada daerah arus rip di perairan tersebut.
7. Daerah
penangkapan ikan demersal
Pada continental shelf (paparan
benua) di mana umumnya terdapat pada kedalaman 200 m adalah sangat sesuai untuk
ikan demersal atau yang hidup di dekat dasar laut. Kolom perairan yang
kedalamnya lebih dari 400 m adalah sangat tidak sesuai untuk ikan, kecuali
beberapa spesies yang khusus. Makhluk hidup pada dasar laut termasuk yang
selalu tinggal di satu tempat, meliputi pergerakan secara horizontal atau pada
kedalaman dan pergerakan menuju daerah dangkal, atau secara musiman membuat
suatu migrasi yang panjang.
2.3
Musim Penangkapan Ikan Tongkol
Ikan tongkol merupakan jenis pelagis yang melakukan migrasi melintasi perairan laut jawa. Hasil analisa menunjukan bahwa musim tangkapan ikan tongkol di Perairan Kota Bengkulu dan sekitarnya terdapat 4 (empat) bulan yaitu pada bulan Pebruari, April, Mei dan Oktober dengan puncak tertinggi terdapat pada bulan Mei, dengan indek musim penangkapan masing-masing adalah 104,37 %, 110,74 %, 131,22 % dan 103,09 %. Musim tangkapan ikan Tongkol di perairan kota Bengkulu umumnya terjadi pada musim Barat, pengaruh musim barat lebih dominan dari pada musim timur. Telah terjadi pergeseran musim tangkapan ikan tongkol dari musim timur ke musim barat atau dari bulan Oktober ke bulan Februari. Alat tangkap dan kapal yang digunakan pada umumnya masih bersifat sederhana atau tradisional.
Ikan tongkol merupakan jenis pelagis yang melakukan migrasi melintasi perairan laut jawa. Hasil analisa menunjukan bahwa musim tangkapan ikan tongkol di Perairan Kota Bengkulu dan sekitarnya terdapat 4 (empat) bulan yaitu pada bulan Pebruari, April, Mei dan Oktober dengan puncak tertinggi terdapat pada bulan Mei, dengan indek musim penangkapan masing-masing adalah 104,37 %, 110,74 %, 131,22 % dan 103,09 %. Musim tangkapan ikan Tongkol di perairan kota Bengkulu umumnya terjadi pada musim Barat, pengaruh musim barat lebih dominan dari pada musim timur. Telah terjadi pergeseran musim tangkapan ikan tongkol dari musim timur ke musim barat atau dari bulan Oktober ke bulan Februari. Alat tangkap dan kapal yang digunakan pada umumnya masih bersifat sederhana atau tradisional.
2.4
Alat Tangkap
Definisi
alat tangkap adalah segalah macam alat yang dipergunakan dalam proses
penangkapan ikan termasuk kapal, alat tangkap dan alat bantu penangkapan .ikan
tongkol adalah merupakan salah satu jenis ikn laut yang mempunyai harga jual
tinngi dan tingkat kesenangan masyrakat yang relatif banyak ikan tong merupakan
jenis iakn pelagis yaitu ikan yang hidui
di perairan atas dan ikan perenang cepat, ikan tongkol merupakan ikan yang
seing migrasi selalu berpinda pinda dan bergerombol.Jadi alat tangkap yangdi
gunakan untuk menangkap ikan tongkol adalah jenis alat tangkap aktif ( bergerak
). Jenis alat tangkap ini cocok untuk menangkap ikan tongkol karena ikantongkol
selalu berpindah-pindah.
Alat –
alat tangkap yang di gunakan untuk melakukan penagkapan ikan tongkol adalah:
1.
Pukat
Cincin (Purse Seine)
Pukat cincin atau jaring lingkar (purse seine)
merupakan jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau
trapesium, dilengkapi dengan tali kolor yang dilewatkan melalui cincin yang
diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik
tali kolor bagian bawah jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan ikan
Pukat cincin atau purse seine adalah sejenis jaring
yang di bagian bawahnya dipasang sejumlah cincin atau gelang besi. Dewasa ini
tidak terlalu banyak dilakukan penangkapan tongkol menggunakan pukat cincin,
kalau pun ada hanya berskala kecil. Pukat cincin dioperasikan dengan cara melingkarkan
jaring terhadap gerombolan ikan. Pelingkaran dilakukan dengan cepat, kemudian
secepatnya menarik purse line di antara cincin-cincin yang ada, sehingga
jarring akan membentuk seperti mangkuk. Kecepatan tinggi diperlukan agar ikan
tidak dapat meloloskan diri. Setelah ikan berada di dalam mangkuk jaring, lalu
dilakukan pengambilan hasil tangkapan menggunakan serok atau penciduk. Pukat
cincin dapat dioperasikan siang atau malam hari. Pengoperasian pada siang hari
sering menggunakan rumpon atau payaos sebagai alat bantu pengumpul ikan.
Sedangkan alat bantu pengumpul yang sering digunakan di malam hari adalah
lampu, umumnya menggunakan lampu petromaks. Rumpon selain berfungsi sebagai
alat pengumpul ikan juga berfungsi sebagai penghambat pergerakan atau ruaya
ikan, sehingga ikan akan berada lebih lama di sekitar payaos. Rumpon dapat
menjaga atau membantu cakalang tetap berada d lokasi pemasangannya selama 340
hari.
2.
Jaring Insang
Jaring insang adalah alat penangkapan ikan berbentuk
lembaran jaring empat persegi panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring
merata. Lembaran jaring dilengkapi dengan sejumlah pelampung pada tali ris atas
dan sejumlah pemberat pada tali ris bawah. Ada beberapa
gill net yang mempunyai penguat bawah (srampat/selvedge) terbuat dari saran
sebagai pengganti pemberat. Tinggi jaring insang permukaan 5-15 meter &
bentuk gill net empat persegi panjang atau trapesium terbalik, tinggi jaring
insang pertengahan 5-10 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang serta
tinggi jaring insang dasar 1-3 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang
atau trapesium. Bentuk gill net tergantung dari panjang tali ris atas dan
bawah. Jaring insang dibagi menjadi beberapa antara lain :
a. Jaring
insang hanyut
Jaring insang hanyut adalah jenis gill net yang
berbentuk empat persegi panjang. Jaring insang hanyut termasuk dalam
klasifikasi jaring insang hanyut di permukaan air (surface drift gill net) atau
jaring insang hanyut di pertengahan air (midwater drift gill net) dengan
panjang tali ris bawah sama dengan atau lebih kecil daripada panjang tali ris
atas. Pengoperasiannya dipasang tegak lurus dan dihanyutkan di dalam perairan
mengikuti gerakan arus selama jangka waktu tertentu, salah satu ujung unit gill
net diikatkan pada perahu/kapal atau kedua ujung gill net dihanyutkan di
perairan. Pada perairan umum, jaring insang hanyut digunakan
Hasil tangkapan antara lain baung, kepiting, sepat
siam, gabus, koan, lukas, mas, mujair, botia, berukung, benteur, bilih, tawes,
depik, hampal, jelawat, kendia, lalawak, sili, nilem, parang, repang, salab,
semah, seren, betutu, patin jambal, tempe dan lempuk (SISKA, 2010).
b. Jaring
insang tetap
Jaring insang tetap adalah jaring insang berbentuk
empat persegi panjang. Jaring insang tetap dapat dikategorikan dalam
klasifikasi jaring insang tetap di dasar air (bottom set gill net), jaring
insang tetap di pertengahan air (midwater set gill net) tergantung pada
pemasangan gill net di dalam perairan. Tali ris bawah sama dengan atau lebih
panjang daripada tali ris atas. Pengoperasiannya dipasang menetap di perairan
dengan menggunakan pemberat selama jangka waktu tertentu. Pada perairan umum,
jaring insang hanyut digunakan di danau atau waduk (SISKA, 2010).
Dalam pengoperasiannya jaring ini bisa
dilabuh (diset), lapisan tengah maupun dibawah lapisan atas, tergantung dari
panjang tali yang menghubungkan pelampung dengan pemberat (jangkar). Jaring
insang labuh ini sama dengan jaring klitik yaitu jaring insang dasar menetap
yang sasaran utama penangkapannya adalah udang dan ikan-ikan dasar. Cara
pengoperasian jaring insang labuh ini disamping didirikan secara tegak lurus,
dapat juga diatur sedemikian rupa yang seakan-akan menutup permukaan dasar
atsau dihamparan tepat di atas karang-karang (Genisa. A. S, 1998).
3.
Jaring
Lingkar
Jaring insang lingkar adalah jaring insang yang
dalam pengoperasiannya dengan cara melingkarkan ke sasaran tertentu yaitu
kawanan ikan yang sebelumnya dikumpulkan melalui alat bantu sinar lampu.
Setelah kawanan ikan terkurung kemudian dikejutkan dengan suara dengan cara
memukul-mukul bagian perahu, karena terkejut ikan-ikan tersebut akan
bercerai-berai dan akhirnya tersangkut karena melanggar mata jaring (Genisa. A.
S, 1998).
4. Payang
Menurut Monintja (1991), jaring pada
payang terdiri atas kantong, dua buah sayap, dua tali ris, tali selembar, serta
pelampung dan pemberat. Kantong merupakan satu kesatuan yang berbentuk kerucut
terpancung, semakin ke arah ujung kantong jumlah mata jaring semakin berkurang
dan ukuran mata jaringnya semakin kecil. Ikan hasil tangkapan akan berkumpul di
bagian kantong ini, semakin kecil ukuran mata jaaringmaka semakin kecil
kemungkinan ikan meloloskan diri..
Keterangan:
1. Tali selembar kanan
2. Tali selembar kiri
3. Pelampung bulat
4. Sayap kanan
5. Sayap kiri
6. Pemberat
7. pelampung
8. Buntut
9. Tal iris atas
10.Tal
iris bawah
Sayap merupakan lembaran jaring yang disatukan dan
berfungsi sebagai penggiring dan pengejut bagi ikan sehingga ikan mengarah ke
mulut jaring. Sayap terdiri atas sayap kiri dan sayap kanan, memiliki ukuran
mata jaring yang lebih besar dari bagian lainnya (Monintja, 1991).
Tali ris ada dua bagian, yaitu tali ris
atas dan tali ris bawah. Tali ris atas lebih panjang dan tali ris bawah yang
menyebabkan bibir jaring bagian atas lebih menjorok ke dalam. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari ikan meloloskan diri ke bagian bawah perairan.
Tali ris berfungsi untuk merentangkan jaring dan merupakan tempat tali
pelampung (floats) dan pemberat (sinker). Tali selembar adalah tali yang
mengikat ujung sayap kiri dan kanan jaring, berfungsi menghubungkan antara
jaring dan kapal/perahu (Subani dan Barus, 1989).
2.5
Pengolahan
Ikan Tongkol
Ikan
tongkol merupakan salah satu ikan yang termasuk kedalam ikan tuna kecil, yang
memiliki badan memanjang, tidak memiliki sisik dan juga mempunyai sirip
punggung yang sangat keras. Ikan tongkol ini termasuk kedalam famili scombridae
dengan genus euthynnus yang memiliki ukuran yang lumayan besar, dengan panjang
sekitar 50-60 cm dan juga berwarna abu-abu serta memiliki daging debal berwarna
merah tua.Komposisi kimia ikan tongkol Komponen
kimia utam dari daging ikan adalah air, protein dan lemak yang mencapai 98 %
dari total berat daging. Selain itu, komponen ini juga sangat mempengaruhi
terhadap nilai nutrisi, sifat fungis, kualitas sensori dan stabilitas
penyimpanan pada daging. Kandungan komponen kimia lainnya itu berupa
karbohidrat, vitamin dan mineral berkisar 2 % yang sangat memiliki peran
penting dalam biokima didalam jaringan ikan yang sudah mati (Sikoski, 1994).
Kandungan
gizi ikan tongkol ini berupa kadar air 71.00-76.776 %, protein 21.60-26.30
%, lemak 1.30-2.10 %, mineral 1.20-150 % dan abu 1.45-3.40 %. Secara umum
bagian ikan yang dikonsumsi berkiasr antara 45 – 50 %. (Suzuki, 1981).
Pengolahan
ikan tongkol berawal dari nelayan, nelayan merupakan produsen.yang menyediakan
ikan tongkol dan kemudian nelayan menjual komsumen, tetapi kebanyakan nelayan
menjual hasil tangkapnya kepada punggawa dengan harga yang ditentukan oleh
punggawa dan selanjutnya punggawa tersebut menjual kepada pedagang besar atau
pengepul dan selanjutnya pengepul tersebut menjual kepada pedagang kecil , dan
pedagang kecil tersebut menjual kepada konsumen akhir dengan harga yang cukup
tinggi.
Berikut
ini merupakan beberapa olahan dari ikan tongkol yang ada di Indonesia pada
umumnya:
1. Abon ikan Tongkol
Abon merupakan makanan ringan atau lauk yang siap
saji. Produk olahan tersebut sudah lama dikenal oleh masyarakat umum dan bahan
dasar pada pembuatan abon tersebut. Kriteria daging yang baik untuk
dipakai pada pembuatan abon yaitu memiliki serat yang kasar dan tidak mengandung
banyak duri. Jenis ikan yang memiliki kriteria tersebut diantaranya tuna,
cakalang, tongkol, dan lain –lain.
2. Ikan asin Tongkol
Ikan asin
merupakan hasil olahan dari ikan bentuk segar yang di awetkan dengan cara
pemberian garam dalam jumlah tertentu dan di diamkan selama satu malam kemudian
keesokanya dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari maupun menggunakan
mesin pengering khusus.
3. Ikan Tongkol asap
Ikan asap
adalah ikan yang diawetkan dengan panas dan asap yang dihasilkan dari
pembakaran kayu keras yang banyak menghasilkan asap dan lambat terbakar. Asap
mengandung senyawa fenol dan formal dehida, masing-masing bersifat bakterisida
(membunuh bakteri). Kombinasi kedua senyawa tersebut juga bersifat fungisida
(membunuh kapang). Kedua senyawa membentuk lapisan mengkilat pada permukaan
ikan. Panas pembakaran juga membunuh mikroba, dan menurunkan kadar air ikan.
Pada kadar air rendah bahan lebih sulit dirusak oleh mikroba. Ikan tongkol
adalah salah satu ikan yang banyak di olah dengan cara di asap.
4. Olahan dapur berbahan ikan tongkol
Ada banyak
olahan dapur berbahan ikan tongkol yang sering di masak. Contohnya: ikan
tongkol rica-rica, ikan tongkol bumbu kuning, ikan tongkol pepes, dan masih
banyak lagi.
Pengelolahan
merupakan salah satu untuk meningkatakan harga jual ikan tongkol dalam
penjualan .dan serta pengolahan berfungsi untuk menggawet ikan baik dalam pengemasan,
maupun dari pengolahan baik usaha ekpor dan di gunakan sebagai kuliner masakan
yang mempunyai nilai jual yang tinggi.
2.6
Pemasaran Ikan Tongkol
A. Bentuk
Rantai Pemasaran
Rantai
pemasaran Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) di Indonesia. Ikan
Tongkol (Euthynnus affinis) hasil tangkapan nelayan Indonesia
langsung dibeli oleh pengecer, dan selanjutnya langsung dijual ke pasar. Rantai
yang sederhana ini lebih menguntungkan dalam usaha penangkapan dan pemasaran,
karena harga ikan hasil tangkapan dibeli tinggi dan menguntungkan nelayan,
sedangkan untuk perantara dalam hal ini pengecer juga dapat menerima keuntungan
yang cukup besar karena persaingan harga antara penjual tidak begitu besar.
Pemasaran hasil tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) di Indonesia
umumnya ada satu rantai, yaitu:
Gambar 3. Bentuk Rantai Pemasaran Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)
B. Margin Pemasaran antar Sekmen pada Rantai Pemasaran dan Grafik
Menurut Hanifiah dan Saefuddin
(1986), margin pemasaran merupakan istilah untuk menyatakan perbedaan atau
selisih harga yang dibayar pada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh
pembeli terakhir. Margin pemasaran ditiap lembaga pemasaran dihitung dengan
menghitung selisih antara harga jual dan harga beli disetiap tingkat lembaga
pemasaran.
Pedagang/bakul mereka menyediakan ikan bagi pengolah.
Pedagang/bakul ini berperan hanya sebagai perantara tidak menjual langsung
kepada konsumen. Adanya selisih margin dikarenakan jarak mengantarkan produk
dari pedagang ke pengolah menyebabkan terjadinya keuntungan atau margin.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi adalah volume produksi, harga per kg, dan
biaya pemasaran. Tingginya margin ini juga menyebabkan beban yang ditanggung
oleh konsumen menjadi lebih besar.
Gambar 4.
Grafik Fluktuasi Harga Beli dari Segmen
Rantai Pemasaran dalam Setahun.
Berdasarkan grafik diatas harga beli maksimal bakul sebesar
Rp.14,000, sedangkan harga minimum sebesar Rp. 9.000, untuk harga beli
minimum pengolah sebesar Rp. 10.000, dan
harga maksimum Rp. 15.000, sedangkan untuk harga beli minimum konsumen sebesar Rp. 16.000, dan harga
maksimum Rp. 20.000. Jika jumlah ikan yang didaratkan sedikit, maka harga
jual melambung tinggi dan jika jumlah ikan yang didaratkan
banyak, maka harga beli menjadi
rendah. Kualitas ikan yang baik juga
menjadikan harga beli tinggi.
Gambar 5. Grafik Fluktuasi Harga
Jual dari Segmen Rantai Pemasaran dalam Setahun.
Berdasarkan grafik diatas harga jual maksimal nelayan sebesar
Rp.14,000, sedangkan harga minimum sebesar Rp. 9.000, untuk harga jual
minimum bakul sebesar Rp. 10.000, dan
harga maximum Rp. 15.000, sedangkan untuk harga jual minimum pengolah sebesar Rp. 17.000, dan harga
maximum Rp. 20.000. Jika jumlah ikan yang didaratkan sedikit, maka harga
jual melambung tinggi dan jika jumlah ikan yang didaratkan banyak, maka harga
jual menjadi rendah. Kualitas ikan yang baik juga
menjadikan harga jual tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ikan
tongkol (Euthynnus sp.) adalah jenis ikan pelagis yang merupakan salah satu
komoditas utama ekspor Indonesia yang menjadi pemasukan negara. System
pengelolaan dari proses penangkapan hingga packing menjadi pengaruh terhadap
minat pasar di komoditi ikan tongkol karena untuk pasar ekspor ikan tongkol
yang di butuhkan adalah kualitas nomor 1.
Pemanfaatan lokasi perairan yang kurang maksimal di beberapa perairan
Indonesia, terutama disebabkan minimnya informasi waktu musim tangkap, daerah
penangkapan ikan, disamping kendala teknologi penangkapan baik kapal maupun
alat tangkap yang tidak dapat menjangkau lokasi yang jauh, sehingga
mengakibatkan tingkat pemanfaat sumberdaya ikan menjadi sangat rendah.
3.2 Saran
Di dalam
hal ini proses pemanfaatan lingkungan perairan secara berkelajutan serta pembuatan
aturan pelarangan penggunaan alat tangkap trowl merupakan kebijakan pemerintah
yang sangat baik, untuk proses perkembangan lingkungan perairan yang lebih
baik, yang nantinya diharapkan dapat bermanfaat untuk waktu yang panjang serta
mampu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
http://mukhtar-api.blogspot.co.id/2010/05/daerah-penangkapan-fishing-ground.html

